Sabtu, 02 Juli 2011

Peninggalan Sejarah Nasional

Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu-Budha
a. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan ini terletak di daerah Jawa Tengah dan berdiri pada abad ke-8. Kerajaan ini diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, antara lain sebagai berikut :
1. Dinasti Sanjaya
a) Prasasti Canggal (732 M) ditemukan di Gunung Wukir di Desa Canggal, isinya memperingati pembuatan lingga di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya;
b) Prasasti Mantyasih (907 M) dan Prasasti Wanua Tengah III (908 M), isinya raja-raja yangmemerintah dari Dinasti Sanjaya.
2. Dinasti Syailendra
a) Prasasti Sojomerto, isinya menyebutkan seseorang bernama Syailendra yang beragama Budha;
b) Prasasti Sangkhara, isinya menerangkan Raja Rakai Panangkaran telah berpindah agama dari Hindu menjadi Budha;
c) Prasasti Kalasan (778 M), isinya seorang raja dari Dinasti Sanjaya berhasil membujuk Raja Rakai Panangkaran dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu untuk membangun sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah vihara untuk para Bikhu di Kalasan;
d) Prasasti Klurak (782 M), isinya tentang pembuatan arca Manjusri sebagai wujud dari Budha, Wisnu dan Sanggha yang disamakan dengan Timurti; yaitu Brahmana, Wisnu dan Siwa;
e) Prasasti Ratu Boko (856 M), isinya kekalahan Balaputradewa dalam perang dengan kakak iparnya Rakai Pikatan.
b. Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno. Namun, letak Kerajaan Medang Kamulan berada di daerah Jawa Timur, tepatnya di daerah Muara Sungai Brantas. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Nganjuk sebelah barat dan Pasuruan sebelah selatan serta selanjutnya hampir mencakup seluruh Jawa Timur.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Medang Kamulan, antara lain:
1. Prasasti Tangeran (933 M), isinya Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani pu Kbi;
2. Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk tempat peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang;
3. Prasasti Lor (939 M), isinya Mpu Sindok memerintahkan membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho di Desa Anyok Lodang;
4. Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa juga memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.
c. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri didirikan tahun 1041 Masehi. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan yang letaknya di bagian barat Jawa Timur. Kerajaan ini dibagi menjadi 2 bagian, yakni Kerajaan Kediri (Panjalu) dengan pusat pemerintahan di Dhaha dan Kerajaan Jenggala dengan pusat pemerintahan di Kahuripan. Kedua kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan ini, antara lain:
1. Prasasti Malengga (1052 M), isinya Garasakan telah mengalahkan musuhnya yang bernama Linggajaya dan mengusirnya dari istana Tanjung;
2. tiga prasasti Garasakan lainnya (1052 M), isinya tentang lambang kerajaan, yakni Garudhamuka;
3. Prasasti Sirah Keting (1104 M), isinya pemberian hadiah tanah oleh Raja Jayabhaya pada Desa Ngantang;
4. Prasasti Jaring (1181), memuat nama pejabat dengan nama hewan;
5. Prasasti Kamulan (1194 M), isinya tentang kemenangan Kertaraharja atas musuhnya yang mengganggu istana Katangkatang.
d. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan tahun 1222 Masehi. Letaknya di sebelah timur Gunung Kawi, Jawa Timur, tepatnya di Desa Ganter.Peninggalan-peninggalan kerajaan ini antara lain:
1) Prasasti Mula Malurung (1255), isinya pengukuhan desa Mula dan desa Malurung menjadi Sima (daerah Swatantra) untuk sang Pranajaya beserta keturunannya yang telah berjasa kepada raja;
2) Prasasti Kragan (1256);
3) Prasasti Maribong (1264) hanya berupa satu lempengan saja;
4) Prasasti Sarwadharma (1269), isinya rakyat Sarwadharma menghadap raja dan memohon agar daerah mereka dibebaskan dari wilayah Thambola sehingga menjadi daerah Sima.
e. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit terletak di bagian hilir Sungai Brantas. Peninggalan-peninggalan kerajaan ini, antara lain sebagai berikut.
1) Candi:
a. Penataran;
b. Sawentar;
c. Sumberjati.
2) Prasasti Butak (1294), isinya tentang keruntuhan Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit.
3) Kitab-kita kuno, seperti Pararaton dan kitab Negarakertagama
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Islam tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bukti keberadaan Islam itu dapat dilihat bukan saja dari para pemeluknya yang memiliki pengikut paling besar di Indonesia.Bukti historis dan arkeologis juga mendukung keberadaan Islam di Indonesia.Bukti historis dan arkeologis dapat dilihat pada budaya dan tradisi yang telah lama hidup dan berkembang pada masyarakat.Peninggalan Islam yang dapat kita saksikan hari ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam dapat kita temukan antara lain dalam bentuk bangunan (masjid, makam) dan seni.
a. Peninggalan dalam Bentuk Bangunan

Bangunan yang menjadi ciri khas Islam antara lain ialah masjid, istana/keraton, dan makam (nisan).
1) Masjid
Masjid merupakan tempat salat umat Islam. Masjid tersebar di berbagai daerah.
Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun dekat istana. Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja akan bertindak sebagai imam dalam memimpin salat.
Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri khas sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya berbentuk limas.
Jumlah atapnya selalu ganjil. Bentuk ini mengingatkan kita pada bentuk atap candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu bersusun serta puncak stupa yang adakalanya berbentuk susunan payung-payung yang terbuka. Dengan demikian, masjid dengan
bentuk seperti ini mendapat pengaruh dari Hindu-Buddha.
Beberapa di antara masjid-masjid khas Indonesia memiliki menara, tempat muadzin menyuarakan adzan dan memukul bedug. Contohnya menara Masjid Kudus yang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang mirip dengan bale kul-kul di Pura Taman Ayun. Kul-kul memiliki fungsi yang sama dengan menara, yakni memberi informasi atau tanda kepada masyarakat mengenai berbagai hal berkaitan dengan kegiatan suci atau yang lain dengan dipukulnya kul-kul dengan irama tertentu.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain pada beberapa masjid berikut.
(1) Masjid Banten (bangun beratap tumpang)
(2) Masjid Demak (dibangun para wali)

(3) Masjid Kudus (memiliki menara yang bangun dasarnya serupa meru)
(4) Masjid Keraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon (beratap tumpang)
(5) Masjid Agung Pondok Tinggi (beratap tumpang)
(6) Masjid tua di Kotawaringin, Kalimantan Tengah (dibangun ulama penyebar siar pertama di Kalteng)
(7) Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Deli (dibangun zaman Sultan Iskandar Muda)
2) Makam dan Nisan
Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja.
Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada beberapa makam berikut.

(1) Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)
(2) Makam Walisongo
(3) Makam Imogiri (Yogyakarta)
(4) Makam Raja Gowa
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan dapat kita lihat antara lain pada beberapa nisan berikut.
(1) Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M);
(2) Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M);
(3) Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin;
(4) Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan
(5) Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.
b. Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni
Peninggalan Islam dapat juga kita temui dalam bentuk karya seni seperti seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat ini dapat dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat tulisan berupa huruf arab-melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda (harakat, biasa disebut arab gundul).
Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi.
Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.
Karya sastra yang dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim menghasilkan beberapa karya sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab.
Syair banyak dihasilkan oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang terkenal adalah Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si Dang Fakir.
Syair-syair sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan Terumbuk dan Syair Ken Tambunan.
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita atau dongeng yang sering dikaitkan dengan tokoh sejarah. Peninggalan Islam berupa hikayat antara lain, Hikayat Raja Raja Pasai, Hikayat Si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.
Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Peninggalan Islam berupa suluk antara lain Suluk Wujil, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sukarsa, Suluk Syarab al Asyiqin, dan Suluk Malang Sumirang.
Babad adalah cerita sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Peninggalan Islam berupa babad antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin), Babad Raja-Raja Riau, Babad Demak, Babad Cirebon, Babad Gianti.
Adapun kitab-kitab peninggalan Islam antara lain Kitab Manik Maya, Us-Salatin Kitab Sasana-Sunu, Kitab Nitisastra, Kitab Nitisruti, serta Sastra Gending karya Sultan Agung.


PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

PROKLAMATOR
Bung Karno (Ir Soekarno)
Bung Hatta (Dr. Mohammad Hatta)

PAHLAWAN NASIONAL
► Abdul Kadir RT Setia (1771-l875)
Abdul Muis (1883-1959)
► Abdulrahman Saleh (1909-1947)
Achmad Yani (1922-1965)
Adam Malik (1917-1984)
► Achmad Ri'fai, KH
► Agus Salim, H (1884-1954)
► Agustinus Adisucipto (1916-1947)
Ahmad Dahlan, KH (1868-1923)
► Ahmad Dahlan, Nyi (1872-1946)
Amir Hamzah,Tengku (1911-1946)
► Andi Mappanyukki
► Antasari, Pangeran (1809-1862)
► Arie Frederik Lasut (1918-1949)
► Basuki Rakhmat (1921-1969)
► Cik Di Tiro, Teungku (1836-1891)
Cipto Mangunkusumo, Dr. (1886-1943)
► Cokroaminoto, H.U.S. (1883-1934)
Cut Nyak Dhien (1850-1908)
Cut Nyak Meutia (1870-1910) ,
► Danurdirdja Setiabudi, Dr. (1879-1950)
► Dewi Sartika (1884-1947)
Diponegoro, Pangeran (1785-1855)
Djuanda Kartawidjaja (1911-1963)
► Fakhruddin, K.H. (1890-1929)
► Fisabilillah, Raja Haji (1725-l784)
► Frans Kaisiepo. (192l-l979)
► Gatot Mangkoepradja
Gatot Subroto, Jend. (1907-1962)
Halim Perdanakusuma (1922-1947)
Harun Tohir, Kopral KKO (1947-1968)
► Haryono, M.T. (1924-1965)
► Hasanuddin, Sultan (1631-1670)
Hasyim Asy'ari, KH (1875-1947)
► Hazairin, Prof. Dr. S.H. (1906-1975)
Ignatius Slamet Rijadi
► Ilyas Yacob (1903-l958)
Imam Bonjol, Tuanku (1772-1864)
► Inten, Raden (1834-1856)
► Iskandar Muda, Sultan (1593-1636)
Ismail Marzuki (1914-1958)
► Iswahyudi, R. ( 1918 -1947)
Kartini, RA (1879-1904)
► Katamso, Brigjen TNI (1923-1965)
► Ketut Jelantik, I Gusti ( 1849)
Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
► Kusuma Atmadja (1898-1952)
► La Maddukkelleng (1700-l765)
► Lumban Tobing, Ferdinand (1899-1962)
► Mahmud Badaruddin II, Sltn (1767-1852)
► Mangkunegoro I, K.G.P.A.A. (1725-1795)
Manullang, Tuan MH (1887-1979)
► Maria W. Maramis (1872-1924)
► Martadinata, R.E ( 1921-1966)
► Martha Khristina Tiahahu (1801-1818)
► Marthen Indey (1912-l986)
► Mas Mansyur, K.H. (1896-1946)
► Maskoen Soemadiredja
Mohammad Hatta, Dr. (1902-1980)
Mohammad Husni Thamrin (1894-1941)
Mohammad Natsir (1908-1993)
M.T. Haryono (1924-1965)
► Mohammad Yamin, Prof. (1903-1962)
► Muwardi, Dr. (1907-1948)
► Ngurah Rai, I Gusti. (19l7-1946)
► Nuku Muhammad Amiruddin (1738-l805)
► Nyak Arief, Teuku (1899-1946)
► Nyi Ageng Serang (1752-1828)
► Otto Iskandardinata, R. (1897-1945)
► Pakubuwono VI, Sri Sshunan (1807-1849)
Panjaitan, D.I. (1925-1965)
► Panji Soeroso, Raden (1893-1981)
► Parman, S. (1918-1965) ...
Pattimura, Kapitan (1783-1817)
► Piere Tendean (1939-1965)
► Raja Ali Haji
Rasuna Said, HR. (1910-1965)
► Ratulangi, G.S.Y, Dr. (1890-1949)
► Robert Wolter Monginsidi (1925-1949)
► Saharjo, Dr. SH (1909-1963)
► Samanhudi, K.H. (1868-1956)
► Sasuit Tubun, KS (1928-1965)
Si Singamangaraja XII (1849-1907)
Silas Papare (19l8-l987)
Siti Hartinah Soeharto (1923-l996)
Soekarno, Ir. (1901-1970)
S. Parman (1901-1970)
Sri Sultan H Buwono IX, (19l2-1988)
► Sudarso, Y. (1925-1962)
Sudirman, Jenderal (1916-1950)
► Sugiono (1926-1965)
► Sugiyopranoto, A. S.J, Mgr. (1896-1963)
Suharso, R. Prof. Dr. (1912-1971)
► Sukarjo Wiryopranoto (1903-1962)
► Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1692)
► Sultan Agung. (1591-1645)
► Supeno (1916-1949)
► Supomo, R. Prof. DR. SH (1903-1958)
Suprapto (1920-1965)
► Supriyadi (1923-1945)
► Suryo, R.M. (1898-1948)
► Suryopranoto, R.M. (1871-1959)
Sutan Syahrir (1909-1966)
Sutomo, Dr. (1888-1938)
Sutoyo Siswomiharjo (1922-1965)
► Syarif Kasim II, Sultan (1893-l968)
► Teuku Umar (1854-1899)
► Thaha Syaifuddin, Sultan (1816-1904)
► Tjilik Riwut (19l8-l987)
► TuankuTambusai (1784-1882)
► Untung Surapati (1660-1706)
► Urip Sumohardjo, Jend. (1893-1948)
► Usman Bin Haji Moh. Ali (1943-1968)
► Wage Rudolf Supratman (1903-1938)
► Wahid Hasjim, Abd. K.H. (1914-1953)
► Wahidin Sudirohusodo (1852-1917)
► Wartabone, Hi Nani (1907-1986)
► Yohannes, W.Z, Prof. Dr. (1895-1952)
► Yos Sudarso (1925-1962)
► Yusuf Tajul Khalwati, Syekh (1626-l699)
► Zaenal Mustofa, K.H. (1899-1945)
► Zainul Arifin, K.H. (1909-1963)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar