Penderitaan yang
dialami bangsa Indonesia selama penjajahan telah
menimbulkan kesadaran
bahwa hanya dengan persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia dapat
memerdekakan diri dari penjajah.
Perjuangan bangsa
Indonesia dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat
untuk mengusir
penjajah, baik dari kaum ulama, pelajar, dan mahasiswa. Persiapan
Kemerdekaan Indonesia
dilakukan dengan usaha yang gigih dan semangat tinggi.
Tokoh-tokoh penting
berusaha keras dalam mempersiapkan kemerdekaan dan
merumuskan dasar
negara.
Marilah kita teladani
sikap dan semangat dari para tokoh pejuang kita. Kalian
sebagai generasi
bangsa ikut ambil bagian dalam perjuangan bangsa untuk
membebaskan diri dari
kebodohan. Tugas kalian untuk mengisi kemerdekaan
dengan sikap dan
semangat rajin belajar.
A.
Kekalahan Jepang
dalam Perang Pasifik
Perang Pasifik disebut
juga Perang Asia Timur Raya. Perang ini terjadi antara
Jepang dengan Sekutu
(yang termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Britania Raya,
Filipina, Belanda, dan
Selandia Baru). Dalam Perang Pasifik, Pulau Saipan jatuh ke
tangan pasukan Amerika
Serikat. Keadaan ini terjadi pada bulan Juni 1944. Jatuhnya
Pulau Saipan
menyebabkan posisi Jepang semakin terancam, karena di berbagai
wilayah peperangan
Jepang selalu menemui kekalahan. Oleh karena itu, pada
tanggal 9 September
1944 Perdana Menteri Koiso memberi janji kemerdekaan kepada
rakyat Indonesia. Hal
ini dilakukan untuk menarik simpati rakyat Indonesia.
B.
Masa Persiapan
Kemerdekaan
Tentara Jepang pada
masa Perang Pasifik semakin terdesak dan mengalami
kekalahan. Pasukan
Jepang yang berada di Indonesia bersiap-siap mempertahankan
diri. Selama masa
pemerintahan Jepang di Indonesia, pada tahun 1942–1945
Indonesia dibagi dalam
dua wilayah kekuasaan. Dua wilayah kekuasaan tersebut
adalah sebagai
berikut.
1.
Wilayah komando angkatan laut yang berpusat di Makassar,
meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.
2.
Wilayah komando
angkatan darat yang berpusat di Jakarta, meliputi Jawa, Madura, Sumatra, dan
Malaya. Pusat komando untuk seluruh kawasan Asia Tenggara terdapat di Dallat
(Vietnam).
Setelah Sekutu
berhasil menguasai Pulau Irian dan Pulau Morotai di Kepulauan
Maluku, maka tanggal
20 Oktober Jenderal Douglas Mac Arthur menyerbu
Kepulauan Leyte
(Filipina), dan tanggal 25 Oktober Jenderal Douglas Mac Arthur
mendarat di Pulau
Leyte.
Bulan Februari 1945
pasukan Sekutu berhasil merebut Pulau Iwo Lima di
Jepang. Sejak saat itu
kekuatan tentara Jepang semakin lemah. Untuk menarik
simpati rakyat
Indonesia, Jepang mengizinkan Indonesia untuk mengibarkan
bendera Merah Putih di
samping bendera Jepang. Lagu kebangsaan Indonesia
Raya boleh
dikumandangkan setelah lagu Kebangsaan Jepang Kimigayo.
C.
Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Menjelang akhir PD II,
Jepang mengalami banyak kekalahan. Pada tanggal 6
dan 9 Agustus 1945
kota Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Sekutu. Pada tanggal
11 Agustus 1945,
Jepang memberikan janji kemerdekaan yang disampaikan
kepada tiga orang
pemimpin Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan
Dr. Rajiman
Wedyodiningrat. Ketiganya diminta mempersiapkan kemerdekaan.
Dengan janji ini
Jepang berharap, rakyat Indonesia mau membantu Jepang yang
semakin terdesak dan
mengalami kekalahan di mana-mana. Dalam situasi yang
semakin kritis, pada
tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan tiga tindakan
sebagai berikut.
1.
Membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai.
2.
Mempersiapkan
lembaga latihan nasional (Kenkuko Gakuin) yang melatih dan
mendidik pemimpin negara yang baru
3.
Memperluas pembicaraan tentang kemerdekaan Indonesia.
Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diketuai
oleh Dr. Rajiman
Wedyodiningrat dan didampingi dua orang wakil yaitu Icibangase
dan R.P. Soeroso.
Tugas pokok BPUPKI ialah menyiapkan organisasi pemerintahan
yang akan menerima
kemerdekaan dari pemerintahan Jepang. Pada tanggal 28
Mei 1945 diadakan
upacara pembukaan BPUPKI di Jalan Pejambon Jakarta atau
tepatnya di Gedung Cuo
Sangi In. Dalam upacara tersebut Jepang diwakili oleh
Jendral Itagaki dan
Nagano. BPUPKI menggelar sidang pertama pada tanggal 29
Mei – 1 Juni 1995 yang
menyepakati bentuk negara republik dengan kepala negara
dan kepala
pemerintahan dijabat oleh seorang presiden. Dalam rapat ini juga
dibahas dasar negara
republik Indonesia serta mengenai pembentukan sebuah
panitia yang disebut
Panitia Sembilan.
Adapun anggota panitia
sembilan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ir. Soekarno
(ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta
(wakil ketua)
3. Mr. Ahmad Soebarjo
4. Abdul Kahar Muzakir
5. Abikusno
Cokrosuyoso
6. K.H. Wahid Hasyim
7. Mohammad Yamin
8. Mr. A.A. Maramis
9. Haji Agus Salim
Sebelum janjinya
terpenuhi, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah
tanpa syarat kepada
Sekutu. Berita kekalahan Jepang tersebut masih dirahasiakan.
Tetapi salah seorang
pemuda Indonesia yaitu Sutan Syahrir mendengar lewat siaran
radio luar negeri.
Akhirnya pada tanggal 15 Agustus golongan pemuda yang terdiri
dari Wikana, Sutan
Syahrir, Darwis dan lain-lain mendesak Bung Karno untuk
segera mengumumkan
kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditolak oleh para golongan
tua dengan alasan
harus dibicarakan dalam sidang PPKI.
1. Peristiwa Rengasdengklok (Jawa Barat)
Golongan tua terdiri
dari Bung Karno, Bung Hatta, Ahmad Soebarjo, Dr.
Rajiman dan
sebagainya. Pada tanggal 16 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung
Hatta diculik oleh
golongan muda dibawa ke Rengasdengklok. Tujuan mereka
adalah mengamankan
tokoh bangsa dari pengaruh Jepang. Mereka meyakinkan
Soekarno bahwa jepang
telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan
Jepang, apa pun
resikonya.
Di Jakarta, golongan
muda, Wikana dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad
Soebardjo melakukan
perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Kemudian Yusuf Kunto
diutus untuk mengantar
Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka
menjemput Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad
Subardjo berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru
memproklamasikan
kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung
menuju ke rumah
Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung
perpustakaan
Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar
15 pemuda menuntut
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan pada
16 Agustus.
Malam harinya,
Soekarno dan Hatta kembali bertemu dengan Letnan Jenderal
Moichiro Yamamoto,
komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang
(Gunseikan) di Hindia
Belanda dengan sepengetahuan Mayor Jenderal Otoshi
Nishimura, Kepala
Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari
komunikasi antara
Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno
dan Hatta menjadi
yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak
memiliki wewenang lagi
untuk memberikan kemerdekaan. Setelah itu, mereka
bermalam di kediaman
Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1).
Pada pukul 02.00 WIB
malam itu diadakan rapat PPKI yang dipimpin oleh
Bung Karno bertempat
di kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda di Jl. Imam
Bonjol No.1 Jakarta
untuk merumuskan teks proklamasi dan membicarakan
persiapan kemerdekaan
Indonesia.
2. Perumusan Teks Proklamasi
Perundingan antara
golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan
teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00 dini
hari. Teks proklamasi
ditulis di kediaman Soekarno, Jln. Pegangsaan Timur 56
Jakarta.
Naskah proklamasi
disusun oleh tiga orang, yaitu Bung Karno, Bung Hatta,
dan Ahmad Soebarjo. Teks
proklamasi terdiri dari dua kalimat, yang ditulis oleh
Bung Karno. Kalimat
pertama dikutip oleh Mr. Ahmad Soebarjo dari piagam
Jakarta, kemudian Bung
Hatta menyempurnakan dengan kalimat kedua.
Pada awalnya, para
pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi
menyatakan semua
aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak
yang masih
menguasainya. Tetapi, mayoritas anggota PPKI tidak menyetujuinya.
Pada akhirnya,
disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang.
Para pemuda juga
meninginkan agar naskah proklamasi turut ditandatangani
oleh enam pemuda
bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI.
Mereka beranggapan
bahwa PPKI adalah wakil Jepang. Kemudian dicapailah
kesepakatan dengan
menuliskan “atas nama bangsa Indonesia”.
Naskah teks proklamasi
disepakati dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik.
Penandatanganan teks
proklamasi dilakukan oleh dua tokoh tersebut atas usul
Sukarni. Tokoh yang
hadir dalam pertemuan tersebut di antaranya Chairul Saleh,
Sukarni, Sayuti Melik,
B.M Diah, Sudiro, dan tokoh-tokoh tua yang lain.
3. Detik-Detik Proklamasi
Sesuai janji Ahmad
Soebarjo, esok harinya Jumat 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur 56
Jakarta, diadakan upacara bendera dan pembacaan teks
proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Tepat pukul 10.00 WIB Ir. Soekarno
berpidato singkat dan
membacakan teks proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Acara
selanjutnya upacara pengibaran bendera sang merah putih oleh
S. Suhud dan Latief
Hendraningrat yang diiringi dengan lagu Indonesia Raya.
Bendera tersebut
dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno.
Tokoh yang hadir di
antaranya adalah Ki Hajar Dewantara, Dr. Moewardi,
A.A. Maramis, A.G.
Pringgodigito dan tokoh-tokoh dari PPKI maupun para
pemuda. Pada saat itu
yang hadir lebih dari seribu orang. Guna mengenang jasanya
maka Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta dijuluki sebagai pahlawan proklamator
Indonesia.
D.
Menghargai Jasa
Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekaan
Kemerdekaaan yang kita
nikmati sekarang bukanlah hadiah dari pemerintah
Jepang atau pemerintah
Belanda. Kemerdekaan ini adalah hasil perjuangan bangsa
Indonesia. Perjuangan
bangsa Indonesia mengusir penjajah sudah dimulai sejak penjajah menginjakkan kakinya
di bumi Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan munculnya para tokoh atau pahlawan
yang berjuang melawan penjajah. Namun, perjuangan itu selalu mengalami
kegagalan karena tidak adanya rasa persatuan dan kesatuan. Masing-masing tokoh
berjuang untuk membela dan mempertahankan daerahnya sendirisendiri.
Ir. Soekarno dan
Mohammad Hatta merupakan tokoh proklamator Indonesia. Keduanya berjuang dengan sungguh-sungguh
agar Indonesia dapat meraih kemerdekaannya. Setelah Indonesia merdeka, Ir.
Soekarno dijadikan presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya.
Untuk menghargai jasa
kedua proklamator tersebut, pemerintah membangun monumen proklamasi yang
bertempat di Jakarta. Wage Rudolf Soepratman dilahirkan di Purworejo
pada 9 Maret 1903. W.R.
Soepratman bekerja sebagai wartawan di sebuah surat kabar Tionghoa–Melayu bernama
Sin Po. Di surat kabar itu, Soepratman mendapat
tugas menulis perkembangan
kebangsaan Indonesia. Karena itu ia menjadi akrab dengan para tokoh gerakan kebangsaan
di Jakarta.
Pada Kongres Pemuda I
di Jakarta, Soepratman mendapat tugas untuk meliputnya. Soepratman sangat terkesan
dengan keputusan tersebut sehingga ia menciptakan sebuah lagu dengan judul Indonesia Raya. Lagu tersebut diperdengarkan pertama kali dalam acara penutupan
Kongres Pemuda II tanggal 20 Oktober 1928. Soepratman membawakan lagu Indonesia
Raya dengan khitmat dan diiringi dengan alat musik biola.
Setelah Indonesia
merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan
bangsa.
Tetapi, Wage Rudolf
Soepratman tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Beliau
meninggal dunia karena penyakit paru-paru tanggal 17 Agustus 1938.
Hari kelahiran
Soepratman, 9 Maret oleh Megawati saat menjadi presiden Republik Indonesia
diresmikan sebagai Hari Musik Nasional. Hal tersebut dilakukan untuk mengenang
jasa-jasa beliau kepada bangsa Indonesia.
Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008